! Head Line ! Hikmah ! Median ! Kabudayan ! Talang 17-an ! Kolom Cak Nun ! Forum ! Lain-Lain ! Beranda !
__________________________________________________________________________________________________________________

Edisi 1

Pecundang, Oportunis, atau Pendekar Sejatikah Anda?

Oleh : Supadi ”EspedE” yanto, S,Sos.I

(Kolumnis, Penulis Buku: Jadi Penulis Handal, Modal Dengkul)

Jika saat ini di hadapan Anda, saya suguhi tiga macam hidangan  serbagratis sekaligus —bakso (cap segawon), soto babat (merk indo), dan sate (babi)— pilih manakah? Bakso, suka tidak? Tidak salahkan kalau pilih sate (babi) yang cemokot, benar? Atau menu soto babat, jadi favorit Anda?

Fenomena budaya ini ditandai munculnya tren ”Mbladokan”. Artinya, asal ”lapar”Anda sikat habis semua —tanpa memerhatikan etika agama, aturan hukum, dan norma lain.

Apa yang Anda tahu secara detil ”ontran-ontran” yang menimpa Front Pembela Islam (FPI) belum lama ini? Marah sekaligus sedihkah Anda, sebab ormas Islam, yang acap kali men-sweeping tempat dugem itu, telah dibekukan? Merasa happy-kah kita sebab tidak ada lagi sipil yang semau gue memporakrandakan ”aset bisnis konglomerat”: bioskop, diskotik, pelacuran? Hingga jika kita mau fun di sana tak lagi ada ”nyamuk” yang menggigit.

Siapakah yang diuntungkan atas pembubaran FPI tersebut —sejurus dua jurus pasca kenaikan harga BBM? Senada itu, siapakah pihak yang paling diuntungkan secara ideologis, setting bisnis dan kalkulasi politis serta konstelasi kultural di Tanah Air maupun luar negeri atas tindakan pemerintah di atas?

Mengapakah pihak yang selalu menjadi (obyek sekaligus subyek) bulan-bulanan publikasi media massa selalu saja umat Muslim? Masih ingatkah Anda bahwa sebelum FPI, Ahmadiyah lebih dulu mencicipi ”cibiran miring” berbagai pihak? Bukankah Anda catat pula bagaimanakah saudara kita yang ber-istiqamah dalam aliran Al-Qiyadah ”Mushaddiq” Islamiyah direposisikan sebagai ”kambing putih” yang dihukumi aliran sesat (haram) —laik najisnya air liur anjing?

Pasca FPI mungkinkah ormas Islam, seperti Muhammadiyah, HTI, dan semacamnya bakal dipecah belah —seperti teori ”belah janur”. Mungkinkah mendekati Pemilu 2009 NU juga akan dicerai berai —sebanyak anggotanya. Umat Muslim dibikin mandul tujuh-sembilan-sepuluh turunan, dipaksa segera mungkin hengkang dari jabatan politis plus birokrastis di negeri ini?

 Bagaimanapun, ini masih prediksi orang sebodoh saya yang tak ”mudeng” logika politik para politikus. Meski demikian, saya rasa kita perlu sikap hati-hati, arif dan bijaksana dalam memandang semua permasalahan yang menimpa bangsa ini.

Singkatnya, yang ingin penulis tekankan di sini adalah seberapa kuatkah kita semua dalam memegang kunci kehidupan yang tak lain berupa hati (kabid, bukan qalbu) dan otak Anda. Cukuplah berpijak pada kehandalan piranti software bernama otak dan ekuilibrium kesucian rohani bernama hati tersebut; jalan yang kuasa membimbing umat manusia menuju Sang Khalik.

Bagaimanapun, kita semua butuh sikap arif bijaksana hingga menemukan produk kejeniusan yang bisa mengurai setiap persoalan pelik menjadi simple, bukan sebaliknya. Sebisa mungkin menghindari benturan fisik seperti adu jotos, letupan senapan, gesekan pedang atau tertancapnya moncong bayonet pada--ulu hati. Semoga berkenan, adanya. //

Jogja ”Sleman” karta, 10 Juni 2008